Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemapuan dan ketrampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja
untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya, untuk berpikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih
nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dari pengertian tersebut terlihat beberapa hal, yaitu:
- Bahwa yang menjadi dasar utama dalam efektifitas
kepemimpinan seseorang bukan pengangkatan atau penunjukannya selaku
"kepala", akan tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan
yang bersangkutan berkat adanya kelebihan-kelebihan tertentu yang
dimilikinya, baik oleh karena pengalaman, pendidikan, prestasi kerja atau
karena faktor-faktor genetik.
- Efektifitas kepemimpinan seseorang tercermin dari
kemampuannya untuk bertumbuh dalam jabatannya seperti terlihat dari peningkatan
kemampuan atau ketrampilan yang memang dapat, dikembangkan, meskipun
mungkin tidak sampai mencapai titik kulminasi kemampuan yang terpendam
dalam dirinya.
- Efektifitas kepemimpinan itu menuntut adanya
kemahiran untuk "membaca" situasi seperti yang berkaitan dengan
iklim kerja di dalam organisasi yang sering menampakkan gejalanya dalam
berbagai bentuk seperti abseentiisme yang tinggi, banyaknya pegawai yang
minta berhenti (labor turnover), disiplin yang rendah, produktifitas yang tidak
setinggi yang diharapkan, keluhan baik yang secara gamblang dinyatakan
maupun yang disampaikan secara terselubung dan berbagai manifestasi
ketidakpuasan lainnya.
- Bahwa perilaku seseorang tidak serta merta terbentuk
begitu saja melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor genetik,
pendidikan dan pengalaman serta pengaruh lingkungan.
- Kehidupan organisasional yang dinamis dan serasi
hanya dapat tercipta apabila setiap anggota organisasi mau untuk
menyesuaikan cara berpikir dan cara bertindaknya dengan kepentingan
bersama dan justru tidak melakukan hal-hal yang dapat diinterpretasikan
sebagai perilaku yang egoistis.
Bertitik tolak dari ide-ide pokok tersebutlah seorang pimpinan melakukan
kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dalam mengemudikan jalannya
organisasi sesuai dengan arah yang telah ditetapkan. Arah yang ditetapkan itu
dapat mengambil berbagai bentuk seperti berbagai peraturan perundangan dalam
organisasi pemerintahan, akte notaris pembentukan bagi organisasi swasta,
kebijaksanaan-kebijaksanaan pejabat atau pimpinan yang lebih tinggi, dan
sebagainya. Dalam garis-pembatas arah kebijaksanaan itu pulalah seorang
pimpinan mengambil berbagai macam keputusan sedemikian rupa sehingga jalannya
roda organisasi menjadi lebih lancar serta sekaligus mampu menghadapi berbagai
tantangan dan memecahkan berbagai masalah.
Proses Pengambilan Keputusan
Jika proses pengambilan
keputusan digambarkan secara sederhana dalam bagan, akan tergambarlah sebagai
berikut:
Gambar Proses Pengambilan Keputusan |
- Dalam proses pengambilan keputusan, persepsi
seseorang tentang situasi lingkungan amat penting dibarengi oleh kecekatan
untuk mengamati dan menjadi peka terhadap situasi yang mungkin menjadi
penyebab timbulnya masalah. Kecekatan pengamatan dan kepekaan yang tajam amat diperlukan dalam
mengenali situasi lingkungan terutama untuk menghindari
pendadakan-pendadakan dalam menghadapi permasalahan yang apabila terjadi
akan mengakibatkan pemecahan yang lebih sulit. Bahkan dengan pengamatan dan kepekaan yang tajam mencegah timbulnya
masalah pun menjadi lebih mudah. Ternyata pameo dalam dunia kedokteran
yang mengatakan bahwa pencegahan lebih baik dari penyembuhan berlaku pula
bagi kehidupan organisasi yang sehat.
- Melakukan diagnosa. Setiap
pimpinan, apa pun tingkatannya dalam hirarkhi yang terdapat dalam
organisasi, perlu selalu berusaha untuk memahami apa sesungguhnya yang
sedang terjadi dalam situasi problematik tertentu. Memahami dengan
sesungguhnya berarti bahwa seorang pimpinan tidak boleh puas hanya dengan
mengenali gejala-gejala yang segera nampak dalam tubuh organisasi. Jika
pemahamannya terbatas kepada pengenalan gejala itu saja, maka
"terapi" yang dilakukannya pun hanya akan "mengobati"
gejala itu saja sedangkan penyebab "penyakit" yang sebenarnya
mungkin tidak diketemukan. Jika hal ini yang terjadi, bisa saja gejala
yang telah diidentifikasikan dan ditangani menghilang untuk sementara
waktu untuk kemudian pasti timbul lagi, mungkin dalam proporsi yang lebih
nyata daripada sebelumnya. Dalam bahasa populer pendekatan yang demikian
ini sering dikenal dengan pendekatan "tambal sulam". Sebaliknya,
kemampuan melakukan diagnosa secara tepat akan berakibat diketemukannya
"penyakit" yang sesungguhnya dan sekali di'''obati"
diharapkan tidak timbul lagi.
- Mendefinisikan masalah yang dihadapi untuk
dipecahkan. Ada pameo yang berkata bahwa sesuatu masalah yang telah
didefinisikan dengan baik sesungguhnya sudah separuh terpecahkan. Tepatnya
pameo ini berarti bahwa apabila diterapkan dalam proses pengambilan keputusan,
mengetahui sebab musabab timbulnya masalah, dampak negatifnya apabila
tidak dipecahkan dengan baik serta bagian-bagian organisasi mana yang akan
terkena, akan merupakan bagian-bagian penting daripada definisi yang
dibuat. Dengan perkataan lain, perumusan definisi sesuatu masalah harus dikaitkan
dengan tujuan organisasi dan tujuan orang-orang yang menjadi anggota
organisasi yang bersangkutan. Dalam hubungan ini amat relevan untuk
menekankan bahwa adalah mutlak perlu untuk meyakini benar bahwa yang
didefinisikan itu benar-benar masalah, bukan sekedar gejala yang sepintas
lalu mungkin tampak sebagai masalah.
- Menentukan alternatif daripada metoda dan cara pemecahan.
Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa "banyak jalan menuju ke
Roma", jiwa pepatah tersebut ternyata berlaku pula dalam dunia
administrasi dan manajemen. Dikatakan berlaku oleh karena pengalaman
menunjukkan bahwa usaha memecahkan sesuatu permasalahan yang dihadapi
selalu membuktikan bahwa sukar atau bahkan tidak mungkin menemukan situasi
di mana hanya ada satu pemecahan terhadap masalah itu. Bahkan ada yang
secara amat sederhana mengatakan bahwa untuk menemukan jumlah dua pun
terdapat beberapa cara, misalnya dengan menambahkan satu dengan satu,
mengkalikan satu dengan dua, dengan mengurangi satu dari tiga, dan
seterusnya.
Oleh karena itu setiap pimpinan kiranya perlu menyadari benar bahwa setelah
sesuatu masalah didefinisikan dengan baik, maka usaha-usaha serius harus segera
dilakukan untuk mencari dan menemukan berbagai alternatif yang kiranya mungkin
ditempuh untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi itu. Situasi yang ideal
ialah apabila pencaharian dan penemuan alternatif itu dilakukan secara exhaustive. Artinya seorang pimpinan, yang
biasanya dibantu oleh stafnya untuk mencari dan menemukan berbagai alternatif
dimaksud, tidak boleh mudah puas terhadap penyodoran beberapa alternatif oleh
bawahan. Norma yang mungkin baik di pegang dalam hubungan ini ialah bahwa dalam
pemecahan masalah "garis lurus tidak
selalu merupakan garis yang paling pendek". Atau dengan perkataan
lain, perlu dicegah kebiasaan untuk menempuh jalan pintas dalam pemecahan
masalah.
Akan tetapi sebaliknya perlu diperhatikan pula agar supaya masalah jangan
dibuat lebih rumit daripada sebenarnya. Kecenderungan untuk membuat masalah
tampak lebih rumit daripada yang sebenarnya sama efeknya terhadap proses
pengambilan keputusan dengan membuat masalah yang sesungguhnya rumit tampak
menjadi sangat sederhana. Dan kembali lagi, di sinilah pentingnya kemampuan
diagnostik daripada seorang pimpinan.
Apabila berbagai
alternatif pemecahan telah diketemukan, langkah berikutnya adalah melakukan
analisa yang mendalam terhadap setiap alternatif. Dapat dipastikan bahwa dengan analisa yang mendalam itu akan diketemukan
"kebaikan-kebaikan" dan "keburukan-keburukan" setiap
alternatif. Tidak ada alternatif yang demikian sempurnanya sehingga tidak ada
"keburukannya", dan sebaliknya tidak ada alternatif yang demikian
lemahnya sehingga tidak terdapat "kekuatan" di dalamnya. Sudah jelas
bahwa alternatif yang paling banyak "kebaikan"nya ketimbang
"keburukan"nya yang dipilih untuk dipergunakan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Dengan analisis yang paling mendalam sekali pun,
pemilihan sesuatu alternatif untuk diterapkan tetap tidak bebas risiko. Justru
untuk memperkecil risiko ketidakberhasilanlah amat diperlukan analisa yang
benar-benar matang.
- Pelaksanaan alternatif terpilih. Berdasarkan analisis
yang mendalam - yang pada gilirannya berubah wujud menjadi keyakinan
ketepatan pilihan - penerapan alternatif terpilih haruslah dalam
operasionalisasi yang mantap, lagi pula efektif.
Perlu disadari bahwa
kriteria terakhir yang menentukan berhasil tidaknya pilihan terhadap berbagai
alternatif itu adalah terpecahkannya masalah yang dihadapi yang akibat
positifnya adalah terbukanya jalan yang lebih lurus untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Hal ini pulalah yang memberikan gambaran yang
tepat mengenai efektifitas kepemimpinan seseorang.
Posting Komentar untuk "Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan"
Posting Komentar