Stres Kerja dan Penyebabnya
Robbins
(2003) menyebutkan bahwa stres ialah “suatu kondisi dinamis dimana seorang
individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang dihasratkan oleh individu dan hasilnya dipandang tidak pasti
dan penting”. De Cenzo dalam Akhlaq et al. (2010) mendefinisikan stres sebagai
“suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan dengan suatu peluang, kendala
atau permintaan yang berhubungan apa yang ia inginkan dan hasilnya dianggap
baik, tidak pasti dan penting”.
Rivai
(2008) menjelaskan bahwa stres
kerja ialah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan
fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang
karyawan”. Mangkunegara (2009) mendefiniskan stres kerja sebagai “perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”. Selye dalam Salami
et al. (2010) “melihat stres sebagai reaksi fisiologi terhadap
kejadian-kejadian tertentu dilingkungan yang bersifat mengancam.
Oleh
karena itu, dari sudut pandang Selye, stres kerja hanya akan mengacu pada stres
yang disebabkan oleh kejadian-kejadian dilingkungan kerja”. Beehr dan Newman dalam
Salami et al. (2010) mendefinisikan “stres kerja sebagai kondisi yang timbul
dari interaksi antara manusia dengan pekerjaannya, yang terkarakteristik oleh
perubahan-perubahan dalam diri manusia yang mendorong mereka menyimpang dari
fungsi normal”.
Dari
definisi yang tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu
kondisi yang dialami seseorang karena terjadinya suatu perubahan berupa
peluang, kendala atau permintaan yang berhubungan dengan apa yang ia inginkan
dan yang hasilnya dianggap
baik, tidak pasti dan penting. Sedangkan stres kerja adalah suatu keadaan yang
dirasakan oleh karyawan di tempat kerjanya akibat kapasitas tuntutan yang tidak
seimbang.
Penyebab
stress disebyt stressor. Luthans
dalam Akhlaq et al. (2010) menyebutkan “sumber stres dari luar organisasi
mencakup perubahan sosial dan
teknologi, ekonomi dan kondisi keuangan, ras, dan kondisi masyarakat”. Kemajuan
ilmu pengetahuan di bidang teknologi dapat membuat keterampilan dan pengalaman
seseorang menjadi ketinggalan dan tidak berguna, sehingga orang tersebut merasa
tidak mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada, seperti komputer, otomatisasi, dan
lain-lain.
Kebijakan
perekonomian yang ditetapkan oleh pemerintah dapat menyebabkan individu
mengalami stres, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya aksi penuntutan
kenaikan gaji pegawai. Stres kerja juga dapat bersumber dari dalam organisasi.
Menurut Cooper dan
Faktor penyebab stress lainnya
Faktor
penyebab stress lainnya adalah role in
organization, yaitu yang berkaitan dengan peran individu di dalam
organiasasi. Faktor role in organization
mencakup ambiguitas peran, konflik peran, dan tanggung jawab peran. Kurangnya
informasi untuk dapat melaksanakan suatu peran dapat menyebabkan seseorang
mengalami ambiguitas peran atau ketidakjelasan peran, sehingga pekerja tersebut
tidak mengerti apa yang harus
dilakukannya. Sedangkan
konflik peran dapat disebabkan oleh
peran yang tidak diharapkan atau bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan
pribadi pekerja. Konflik peran juga
bias timbul akibat adanya tugas yang tidak sesuai dengan peran seseorang di
organisasi. Selain itu, dalam
menjalankan suatu peran, seseorang pasti tidak lepas dari tanggung
jawab. Tuntutan untuk memenuhi tanggung jawab sesuai dengan peran yang
dijalankan, merupakan tekanan tersendiri bagi seorang pekerja.
Faktor
penyebab stress relationship at
work berkaitan dengan hubungan seseorang di dalam organisasi. Faktor relationship at work mencakup
ketidakmampuan menjalin hubungan dengan atasan, bawahan, atau rekan kerja dan
kesulitan dalam menjalin delegasi. Apabila seseorang tidak mampu menjalin
hubungan yang harmonis, baik dengan atasan, bawahan atau rekan kerja, tentunya
hal tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan bagi pekerja tersebut, karena
bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya membutuhkan interaksi dengan sesama, tidak terkecuali di tempat
kerja. Pada masalah kesulitan dalam delegasi biasanya dikarenakan adanya rasa
kurang percaya terhadap orang lain atau tidak mau menerima tambahan tanggung
jawab.
Pendapat
lain disampaikan oleh Riggio dalam Salami et al. (2010) yang mengemukakan bahwa
“secara umum, stres kerja dapat timbul dari lingkungan kerja yaitu organisasi
atau situasional stress, atau dari
karakteristik pekerja sendiri yaitu dispositional
stressor”. Salami et al. (2010)
menyebutkan beberapa faktor yang termasuk sumber stres organisasional yaitu “faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan mencakup ambiguitas peran dan konflik peran,
faktor struktur organisasi, hubungan interpersonal, dan perubahan organisasi”. Sedangkan
dispositional stressor adalah stres
yang berasal dari karakterisik pekerja sendiri.
Robbins (2003) menyebutkan “stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan
ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan”. Selain itu, stres juga muncul dalam beberapa
kondisi psikologis lainnya seperti, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, dan
kejenuhan”. Menurut Luthans dalam Akhlaq et al. (2010) “masalah psikologis
sangat relevan dengan kinerja pekerjaan yang buruk, rendah diri, kebencian,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan, dan ketidakpuasan
kerja”.
Menurut Robbins (2003) menyebutkan “dampak
stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat
produktifitas, kemangkiran, perputaran
karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol,
bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur”. Luthans dalam Salami et al. (2010)
“stres memiliki konsentrasi negatif bagi individu, keluarga mereka, dan bagi
organisasi yang mereka layani”.
Posting Komentar untuk "Stres Kerja dan Penyebabnya"
Posting Komentar